Artikel Baru :
Home » » Aceh Dalam Bidikan Misionaris

Aceh Dalam Bidikan Misionaris

Wednesday, September 18, 2013 | 0 komentar

         PASCATSUNAMI 2004, Aceh kerap dibidik oleh misionaris dalam upaya pendangkalan akidan dan misi pemurtadan.“Penyebaran salib” kerap terjadi di Tanah Rencong ini, seakan para misionaris itu tidak pernah merasa bosan untuk mencari orang-orang muslim yang dianggap sebagai “domba-domba tersesat’ di bumi Serambi Mekkah ini untuk dikristenkan. Walaupun misi demi misi yang mereka jalankan secara terselubung, yang pada akhirnya juga ketahuan dan dengan berbagai macam kutukan yang mereka terima, namun semua itu tidak
membuat mereka mundur dan berhenti dari misinyaitu.

       Seperti baru-baru ini dua orang misionaris ditangkap di Bireun yang mereka jadikan Aceh Tengah sebagai ladang dalam misi mereka. Mereka sempat membabtis dua orang warga muslim Aceh. Misi mereka berhasil dihentikan oleh pihak kepolisian dan diserahkan kepada Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) setempat. Dan, dua hari setelah itu, pihak MPU membebaskan mereka dengan syarat dan perjanjian tidak lagi melakukan perbuatan tersebut. Kemudian, kita juga masih ingat pada tahun sebelumnya dengan peristiwa Center Mulia Hati (CMH) di Aceh Barat sebuah yayasan berbasis pendidikan yang dijadikan sebagai tempat untuk memurtadkan orang-orang muslim daerah pesisir barat itu, dengan membagi-bagikan buku yang berisi tentang Yesus dan Injil. Upaya pendangkalan akidah dan pemurtadan oleh CMH itu berakhir setelah didemo oleh warga Aceh Barat sendiri. Pada Rabu 4/9 malam kembali satpol PP dan WH menangkap 7 orang misionaris dua di antaranya adalah orang Islam yang sudah dibabtis (Serambi, 6/9/2013) bersama mereka juga disita barang bukti berupa Alkitab. Bahkan, dari sejumlah keterangan menyebutkan bahwa mereka juga menjalankan misinya di Nagan Raya dengan mendirikan sebuah tempat pembinaan. Konon, mereka yang sudah ‘dibina’ itu telah dikirimkan ke Medan sebanyak dua rombongan. Menemui kegagalan Upaya kristenisasi dan ‘gerilya salib’ itu bukan hanya terjadi pascatsunami 2004 lalu. Akan tetapi, jauh sebelumnya, sejak era kolonialisme dulu penyebaran salib juga dilakukan berbarengan dengan menjajah dan menduduki tanah Aceh. Namun upaya ‘penyebaran salib’ tersebut menemui kegagalan, setelah mendapat perlawanan sengit dari masyarakat Aceh yang sudah lebih dulu memeluk Islam. Bahkan, orang Aceh berhasil memukul mundur ‘kaum salib’ itu dengan mengobarkan semangat ‘perang sabi’ dan berhasil membunuh sejumlah petinggi militer mereka. Aceh merupakan benteng Islam terkuat di seluruh persada nusantara. Dalam menghadapi upaya penyebaran salib, Aceh memiliki pengalaman berabad-abad lamanya. Yakni sejak kedatangan ‘armada salib’ Portugis di Aceh pada 1511 dalam upaya menghancurkan muslim di bumi Serambi Mekkah ini. Aceh yang kental dengan Islam Sunni-nya, dengan ber-`iktiqad Ahlusunnah wal Jama`ah, tetap kokoh meski kerap menghadapi cobaan dan fitnah yang bertubi-tubi. Sehingga para armada salib tersebut tidak mampu menaklukkan Aceh. Maka dari itu dalam peta dunia penyebaran ‘misi salib’ di Aceh diberi tanda garis hitam yang sangat pekat sebagai isyarat bahwa wilayah Aceh tidak mampu dijangkau Injil. Pascatsunami 26 Desember 2004, ketika gelombang raksasa menghantam Tanah Rencong ini, ribuan warga muslim Aceh menemui ajalnya ketika itu. Ada orang tua yang kehilangan anak-anaknya, anak yang kehilangan orang tua, istri kehilangan suami, demikian pula ada suami yang kehilangan istri dan sebagainya. Di saat orang Aceh sedang menangis histeris, mengingat nasib anak saudara yang tidak tahu entah kemana. Namun, para misionaris ‘tersenyum dan tertawa’, mereka beranggapan bahwa tragedi kemanusian terbesar abad ini merupakan cara Tuhan membukakan pintu Aceh bagi misi penyebaran salib. Seperti yang diungkapkan oleh presiden Gospel For Asia (GFA) KP Yohanan dalam Philadelphia Einquirer (10/1/2005) dengan rasa bangga menyatakan “bencana ini merupakan salah satu kesempatan terbesar Tuhan yang diberkan kepada kami untuk berbagi cintanya dengan orang-orang itu. Seiring dengan itu pula para misionaris menjalankan misi mereka dalam rangka ‘menyebarkan salib’ dan memurtadkan orang-orang Islam di Aceh yang sedang dilanda kesedihan dan kebingungan. Misi mereka pun berjalan mulus, dan tidak ada aral-melintang sedikit pun. Mereka berhasil mendapatkan begitu banyak ‘domba-domba tersesat’ di Aceh ketika itu. Konon, orang Aceh yang sudah berhasil dikristenkan, kini menjadi panutan dan teladan bagi
orang-orang Kristen lainnya dan ditempatkan pada barisan depan dalam jemaat geraja. Berbagai macam ragam misi yang mereka jalankan, ada yang berkedok pendidikan seperti di Aceh Barat, ada yang berkedok ekonomi seperti di Aceh Tengah, dan ada pula yang berkedok akidah seperti komunitas Millata Abraham, dan ‘faham’ yang dibawa oleh Muhammad Abduh bin Abdul Wahab yang sekarang berkembang pesat di Aceh. Yang sangat pilu dan memalukan adalah di saat para pembesar-pembesar Kristen sudah mulai
berbondong-bondong memeluk Islam dengan kebenaran Islam yang mereka dapatkan, malah
orang Islam menjadi murtad. Na’uzubillah.

Menjaga diri
Lewat tulisan ini, kita segenap umat Islam di Aceh mengingatkan kepada seluruh misionaris yang masih bergentayangan di bumi Serambi Mekkah ini, agar segera menghentikan misi ‘penyebaran salib’ terhadap umat Islam, terutama umat Islam di Aceh. Sebab, selama ini umat Kristiani yang ada di Aceh hidup dalam suasana rukun dan damai. Tidak pernah terjadi sangketa antarumat beragama, bahkan masyarakat muslim daerah ini sangat toleran. Jadi, jangan lagi menyebarkan agama pada orang yang sudah beragama. Dan, lewat tulisan ini pula kami berpesan kepada Pemerintah Aceh yang merupakan tampuk kepemimpinan rakyat Aceh agar mengawasi ketat setiap NGO yang bertugas menjalankan misi kemanusiaan di Aceh, guna mengantisasipasi upaya pendangkalan akidah dan pemurtadan sebagaimana pernah terjadi sebelumnya. Demikian pula kepada seluruh umat Islam agar berhati-hati dalam menerima pemberian-pemberian yang dapat menjurus pada kemurtadan. Tugas dan tanggung jawab kita adalah menjaga diri kita, anak-anak kita, agar terhindar dari misi pemurtadan dan aliran yang menyesatkan.
Share this article :

No comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PENDIDIKAN ISLAM - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger